Selasa, 28 April 2015
MAIN SAMA ABG TETANGGA
Minggu sore hampir pukul empat.
Setelah menonton CD porno
sejak pagi penisku tak mau
diajak kompromi.
Si adik kecil ini
kepingin segera disarungkan ke
vagina.
Masalahnya, rumah
sedang kosong melompong.
Istriku pulang kampung sejak
kemarin sampai dua hari
mendatang, karena ada kerabat
punya hajat menikahkan
anaknya. Anak tunggalku ikut
ibunya. Aku mencoba
menenangkan diri dengan mandi,
lalu berbaring di ranjang. Tetapi
penisku tetap tak berkurang
ereksinya. Malah sekarang
terasa berdenyut-denyut bagian
pucuknya. "Wah gawat gawat
nih. Nggak ada sasaran lagi.
Salahku sendiri nonton CD porno
seharian", gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju
ruang tengah. Mengambil segelas
air es lalu menghidupkan tape
deck. Lumayan, tegangan agak
mereda. Tetapi ketika ada video
klip musik barat agak seronok,
penisku kembali berdenyut-
denyut. Nah, belingsatan sendiri
jadinya. Sempat terpikir untuk
jajan saja. Tapi cepat
kuurungkan. Takut kena
penyakit kelamin. Salah-salah
bisa ketularan HIV yang belum
ada obatnya sampai sekarang.
Kuingat-ingat kapan terakhir kali
barangku terpakai untuk
menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari
lalu. Pantas kini adik kecilku
uring-uringan tak karuan.
Soalnya dua hari sekali harus
nancap. "Sekarang minta jatah..".
Sambil terus berusaha
menenangkan diri, aku duduk-
duduk di teras depan membaca
surat kabar pagi yang belum
tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi
dibuka orang. Refleks aku
mengalihkan pandangan ke arah
suara. Renny anak tetangga
mendekat.
"Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang
kampung sampai lusa. Ada apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru
ngomong ada keperluan apa",
kataku ramah.
ABG berusia sekitar lima belas
tahun itu menurut. Dia duduk di
kursi kosong sebelahku.
"Nah, ada perlu apa dengan
Tantemu? Mungkin Om bisa
bantu", tuturku sambil
menelusuri badan gadis yang
mulai mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi
majalah terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku.
Mataku tak lepas dari dadanya
yang tampak mulai menonjol.
Wah, sudah sebesar bola tenis
nih.
"Apa saja. Pokoknya yang
terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih
sendiri".
Kuletakkan surat kabar dan
masuk ruang dalam. Dia agak
ragu-ragu mengikuti. Di ruang
tengah aku berhenti.
"Cari sendiri di rak bawah televisi
itu", kataku, kemudian
membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan
televisi membongkar-bongkar
tumpukan majalah di situ.
Pikiranku mulai usil. Kulihati
dengan leluasa tubuhnya dari
belakang. Bentuknya sangat
bagus untuk ABG seusianya.
Pinggulnya padat berisi. Bra-nya
membayang di baju kaosnya.
Kulitnya putih bersih. Ah betapa
asyiknya kalau saja bisa
menikmati tubuh yang mulai
berkembang itu.
"Nggak ada Om. Ini lama semua",
katanya menyentak lamunan
nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar
Tantemu. Cari saja di sana"
Selama ini aku tak begitu
memperhatikan anak itu meski
sering main ke rumahku. Tetapi
sekarang, ketika penisku uring-
uringan tiba-tiba baru kusadari
anak tetanggaku itu ibarat buah
mangga telah mulai mengkal.
Mataku mengikuti Renny yang
tanpa sungkan-sungkan masuk
ke kamar tidurku. Setan berbisik
di telingaku, "inilah kesempatan
bagi penismu agar berhenti
berdenyut-denyut. Tapi dia
masih kecil dan anak tetanggaku
sendiri? Persetan dengan itu
semua, yang penting birahimu
terlampiaskan".
Akhirnya aku bangkit menyusul
Renny. Di dalam kamar kulihat
anak itu berjongkok
membongkar majalah di sudut.
Pintu kututup dan kukunci
pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa
menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di
sini."
Gadis itu tanpa curiga segera
berdiri dan duduk pinggir
ranjang. Aku memasukkan CD ke
VCD dan menghidupkan televisi
kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus",
kataku sambil duduk di
sampingnya. Dia tetap tenang-
tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat
intro berisi potongan-potongan
adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika
adegan syur berlangsung, tetapi
tak berusaha memalingkan
pandangannya.
Memasuki adegan kedua aku tak
tahan lagi. Aku memeluk gadis itu
dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?",
bisikku di telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak
berusaha mengurai tanganku
yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia
menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om?
Kamu belum pernah kan? Enak
lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia
menggeliat berusaha lepas dari
belitanku. Namun aku tak peduli.
Tanganku segera meremas
dadanya. Dia melenguh dan
hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit
kok. Om sudah pengalaman.."
Tangan kananku menyibak
roknya dan menelusupi pangkal
pahanya. Saat jari-jariku mulai
bermain di sekitar vaginanya, dia
mengerang. Tampak birahinya
sudah terangsang. Pelan-pelan
badannya kurebahkan di ranjang
tetapi kakinya tetap menjuntai.
Mulutku tak sabar lagi segera
mencercah pangkal pahanya
yang masih dibalut celana warna
hitam.
"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya
sambil berusaha merapatkan
kedua kakinya. Tetapi aku tak
peduli. Malah celana dalamnya
kemudian kupelorotkan dan
kulepas. Aku terpana melihat
pemandangan itu. Pangkal
kenikmatan itu begitu mungil,
berwarna merah di tengah, dan
dihiasi bulu-bulu lembut di
atasnya. Klitorisnya juga mungil.
Tak menunggu lebih lama lagi,
bibirku segera menyerbu
vaginanya. Kuhisap-hisap dan
lidahku mengaduk-aduk liangnya
yang sempit. Wah masih perawan
dia. Renny terus menggelinjang
sambil melenguh dan mengerang
keenakan. Bahkan kemudian
kakinya menjepit kepalaku,
seolah-olah meminta dikerjai
lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin
dalam menggerayangi dinding
vaginanya yang mulai basah. Lima
menit lebih barang kenikmatan
milik ABG itu kuhajar dengan
mulutku. Kuhitung paling tidak
dia dua kali orgasme. Lalu aku
merangkak naik. Kaosnya
kulepas pelan-pelan. Menyusul
kemudian BH hitamnya
berukuran 32. Setelah kuremas-
remas buah dadanya yang masih
keras itu beberapa saat, ganti
mulutku bekerja. Menjilat,
memilin, dan mencium putingnya
yang kecil.
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya
meremas-remas rambutku
menahan kenikmatan tiada tara
yang mungkin baru sekarang dia
rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku
sambil menatap wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"
Tanpa menunggu jawabannya
aku segera mengatur posisi
badannya. Kedua kakinya
kuangkat ke ranjang. Kini dia
tampak telentang pasrah.
Penisku pun sudah tak sabar lagi
mendarat di sasaran. Namun aku
harus hati-hati. Dia masih
perawan sehingga harus sabar
agar tidak kesakitan. Mulutku
kembali bermain-main di
vaginanya. Setelah
kebasahannya kuanggap cukup,
penisku yang telah tegak
kutempelkan ke bibir vaginanya.
Beberapa saat kugesek-
gesekkan sampai Renny makin
terangsang. Kemudian kucoba
masuk perlahan-lahan ke celah
yang masih sempit itu. Sedikit
demi sedikit kumaju-mundurkan
sehingga makin melesak ke
dalam. Butuh waktu lima menit
lebih agar kepala penisku masuk
seluruhnya. Nah istirahat
sebentar karena dia tampak
menahan nyeri.
"Kalau sakit bilang ya", kataku
sambil mencium bibirnya sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit
lagi aku akan menjebol
perawannya. Genjotan
kutingkatkan meski tetap
kuusahakan pelan dan lembut.
Nah ada kemajuan. Leher penisku
mulai masuk.
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit
tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu
liang vaginanya terbiasa
menerima penisku yang
berukuran sedang. Satu menit
kemudian aku maju lagi. Begitu
seterusnya. Selangkah demi
selangkah aku maju. Sampai
akhirnya.. "Ouu..", dia menjerit
lagi. Aku merasa penisku
menembus sesuatu. Wah aku
telah memerawani dia. Kulihat
ada sepercik darah membasahi
sprei.
Aku meremas-remas
payudaranya dan menciumi
bibirnya untuk menenangkan.
Setelah agak tenang aku mulai
menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh..", dia
mengerang dan melenguh ketika
aku mulai turun naik di atas
tubuhnya. Genjotan
kutingkatkan dan erangannya
pun makin keras. Mendengar itu
aku makin bernafsu menyetubuhi
gadis itu. Berkali-kali dia
orgasme. Tandanya adalah
ketika kakinya dijepitkan ke
pinggangku dan mulutnya
menggigit lengan atau pundakku.
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang
terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.."
Sebenarnya aku ingin
mempraktekkan berbagai posisi
senggama. Tapi kupikir untuk kali
pertama tak perlu macam-
macam dulu. Terpenting dia mulai
bisa menikmati. Lain kali kan itu
masih bisa dilakukan.
Sekitar satu jam aku
menggoyang tubuhnya habis-
habisan sebelum spermaku
muncrat membasahi perut dan
payudaranya. Betapa nikmatnya
menyetubuhi perawan. Sungguh-
sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak seperti
kata Om kan?" tanyaku sambil
memeluk tubuhnya yang lunglai
setelah sama-sama mencapai
klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa
sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om
nyemprot di luar vaginamu.
Nggak mungkin hamil dong"
Kuelus-elus rambutnya dan
kuciumi wajahnya. Aku
tersenyum puas bisa meredakan
adik kecilku.
"Kalau pengin enak lagi bilang Om
ya? Nanti kita belajar berbagai
gaya lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan
dong"
Beberapa saat kemudian birahiku
bangkit lagi. Kali ini Renny
kugenjot dalam posisi
menungging. Dia sudah tak
menjerit kesakitan lagi. Penisku
leluasa keluar masuk diiringi
erangan, lenguhan, dan
jeritannya. Betapa nikmatnya
memerawani ABG tetangga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar