Minggu, 23 Agustus 2015
Terjebak Permainan Terlarang
Namaku Nina,
saat ini aku sedang kuliah semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung.
Saat kejadian itu menimpaku.
aku sedang duduk di semester dua.
Sebenarnya seluruh keluargaku tinggal di kota Jakarta, dan mereka agak keberatan jika aku harus kuliah di luar kota, tapi saat itu aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri hingga akhirnya mereka mengijinkan aku untuk melanjutkan studi di kota tersebut.
Di Bandung aku tinggal di sebuah kos putri yang letaknya tidak begitu jauh dari kampusku. Aku tinggal bersama seorang temanku yang aku kenal di kampus. Namanya Lenny, dia gadis berdarah Sunda asli. Padahal dia bisa saja tinggal di rumahnya yang juga berada di kota Bandung, tapi menurutnya dia ingin lebih bisa berkonsentrasi dengan kuliahnya, jadi dia memutuskan untuk tinggal di kos bersamaku.
Lenny adalah gadis yang sangat pintar dan juga sopan, begitu sopannya sampai-sampai dia tidak pernah mengenakan pakaian yang seksi atau sedikit terbuka saat bepergian atau berangkat kuliah, padahal menurutku wajah Lenny sangat cantik, rambutnya panjang dan hitam dengan kulit tubuh yang putih mulus, layaknya gadis gadis Sunda pada umumnya, sementara postur tubuhnya juga sangat bagus dan proporsional, pinggangnya ramping didukung oleh kedua belah kakinya yang jenjang, apalagi Lenny juga memiliki payudara yang besar, mungkin dua kali lebih besar daripada buah dadaku. Pokoknya, jika saja Lenny mau berdandan dan sedikit mengubah penampilannya, dia bisa menjadi salah satu gadis tercantik di tempat kuliahku.
Untuk memenuhi kebutuhanku agar tidak terlalu mengandalkan uang kiriman dari orang tuaku, aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja paruh waktu di salah satu club billiard yang cukup besar dan eksklusif di kota Bandung. Aku bekerja menjadi salah seorang penjaga meja, sekaligus merangkap pramusaji di club tersebut, kadang kadang aku merasa sangat lelah dan letih, apalagi jika aku harus terpaksa pulang larut malam dari tempat kerja. Tapi tidak apalah, yang penting aku bisa mempunyai cukup uang dan dapat memenuhi kebutuhanku sendiri tanpa harus mengandalkan kiriman uang dari orang tuaku, lagipula aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri.
Singkat cerita, hari itu aku sedang bingung, karena besok adalah hari terakhir waktu pembayaran uang semester, padahal kiriman dari orang tua belum juga sampai ke rekeningku, dan saat gajianku masih seminggu lagi, sementara uang tabunganku sudah habis untuk keperluan dan biaya hidupku sehari-hari hingga sore itu aku benar benar pusing memikirkannya. Akhirnya, kuberanikan diri untuk meminjam uang ke club tempat aku bekerja, tapi perusahaan tidak dapat mengabulkan permohonanku dengan alasan saat itu tidak ada dana yang tersedia karena seluruh uang yang ada sudah disetorkan ke pemiliknya.
Malam itu, dengan perasaan sedih dan bingung, aku berkemas untuk pulang kembali ke kosku. Saat itu jam kerjaku memang telah selesai. Aku berjalan lunglai dari ruangan karyawan, bingung memikirkan nasibku besok, saat kulihat Lenny sudah menungguku di ruang tunggu
?Gimana Nin? Dapat pinjaman uangnya?? tanya Lenny.
?Nggak bisa Len.. Nggak apa-apa deh, besok gua minta keringanan aja dari kampus? ujarku dengan nada lemas.
?Elu sendiri, dari mana.? Tumben mampir ke sini?? tambahku sambil melihat ke arah jam tanganku, saat itu sudah hampir jam sepuluh malam, tidak biasanya Lenny berani keluar malam-malam, pikirku heran.
?Gua abis dari mall di depan, ngecek ATM, siapa tahu kiriman gua udah sampai, buat nalangin bayaran elu, tapi ternyata belum sampai..? ujar Lenny dengan nada menyesal.
?Thanks banget untuk usaha lu Len.? ujarku sambil mengajaknya pulang.
Kami berdua berjalan melewati ruangan billiard. Saat itu di sana masih ada empat orang tamu yang sedang bermain ditemani oleh manajerku, mereka adalah teman-teman dari pemilik club tersebut, jadi walaupun club tersebut sudah tutup, mereka tetap dapat bebas bermain. Aku sempat berpamitan dengan mereka sebelum aku kembali berjalan menuju pintu keluar saat tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggilku..
?Nin.., Temenin kita main dong..!? serunya.
?Kita taruhan. Berani nggak?? tambah temannya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
Aku tertegun sejenak sambil menatap bengong ke arah mereka. Rupanya mereka sedang berjudi, dan mereka mengajakku untuk bergabung. Wah, boleh juga nih. Siapa tahu menang.., pikirku.
?Taruhannya apa? Saya lagi tidak bawa uang banyak..!? seruku, sementara kulihat Pak Dicky manajerku, berjalan menghampiriku.
?Gampang.., kalau kamu bisa menang, satu game kami bayar lima ratus ribu, tapi kalau kamu kalah, nggak perlu bayar, kamu cuma harus buka baju aja, kita main sepuluh game.. Setuju?? seru salah seorang dari mereka.
Aku terkesiap mendengar tantangannya, kulirik Lenny yang saat itu sudah berada di depan pintu keluar, dia tampak menggelengkan kepalanya, sambil memberi tanda kepadaku, agar aku cepat-cepat meninggalkan club tersebut.
?Brengsek! Nggak mau..!? ujarku sambil membalikkan tubuhku. Bisa-bisa aku telanjang kalau dalam sepuluh game itu aku kalah terus, pikirku dengan sebal. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat tangan manajerku menahan pundakku.
?Terima aja Nin, kamu kan lagi butuh uang, lagipula mereka nggak begitu jago kok..!? ujar manajerku berusaha membujuk.
?Tapi Pak..!? jawabku dengan nada bingung, sebenarnya aku mulai tertarik untuk memenuhi tantangan mereka, dengan harapan aku bisa memenangkan seluruh game, lagipula aku benar benar membutuhkan uang tersebut.
?Sudahlah.! Kalau kamu bersedia nanti saya kasih tambahan uang, lagipula nggak enak menolak tamu-tamu bos..? ujarnya sambil terus membujukku.
?Oke.. Tapi kalau saya kalah terus gimana?? tanyaku kepada mereka.
?Tenang aja, kamu hanya lepas baju aja kok! Kami janji nggak akan berbuat macam macam..!? seru orang yang berada paling dekat denganku.
?Baik.. Tapi janji.. Tidak akan macam macam!? jawabku memastikan perkataan mereka, sementara Lenny langsung berjalan menghampiriku.
?Lu udah gila apa Nin..! Gua ngga setuju!? serunya dengan nada marah.
?Tenang aja Len, elu duduk aja di sana, nungguin gua..! Oke?? ujarku sambil menunjuk ke arah sofa yang berada di pojok ruangan.
?Tapi Nin?? ujar Lenny dengan wajah ketakutan.
?Udah, nggak apa-apa, elu nggak perlu takut..? sanggahku sambil tersenyum menenangkan hatinya, akhirnya Lenny pun berjalan dan duduk di sofa tersebut.
Sudah lima game berjalan, aku menang dua kali dan kalah tiga kali, membuat aku harus menanggalkan jaket, blouse dan celana panjang yang kukenakan hingga saat itu hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang masih melekat di tubuhku. Jangan sampai kalah lagi, ujarku dalam hati, dua kali lagi aku kalah, maka aku akan benar-benar bugil. Pikiranku mulai panik, sementara di pojok ruangan, Lenny sudah tampak mulai resah melihat keadaanku.
Tapi naas. Udara dingin dari AC di ruangan tersebut membuat aku sulit untuk berkonsentrasi sehingga aku kembali kalah pada game keenam, membuat mereka langsung bersorak riuh, memintaku untuk segera menanggalkan bra yang kukenakan. Aku sudah hampir menangis saat itu, tapi mereka terus memaksaku, maka dengan perasaan berat dan malu, akhirnya kulepaskan juga bra yang melekat di tubuhku, membuat buah dadaku langsung mencuat dan terbuka di hadapan mata mereka yang tampak melotot saat memandang tubuh telanjangku.
?Sudah.. Sudah, kita berhenti saja, saya menyerah!? seruku memelas sambil berusaha menutupi tubuh bagian atasku, saat itu aku sudah merasa sangat malu dan tidak lagi berminat untuk meneruskan taruhan itu.
?Nggak bisa..! Perjanjiannya kan sampai kamu telanjang, baru permainannya selesai..!? protes lawan mainku, akhirnya aku hanya bisa menuruti kemauannya.
?Buka.. Buka..!? sorak mereka saat pada game berikutnya aku kembali kalah dan harus melepas celana dalamku.
?Sudah.. Kita batalkan saja taruhannya..!? jeritku sambil meraih pakaianku dan berlari menjauhi mereka, tapi salah seorang dari mereka dengan sigap menubrukku dari belakang, membuatku terhempas di atas meja billiard dengan posisi menelungkup dan laki-laki itu menindihku dari atas.
?Lepaskan..!? teriakku kaget sambil meronta dengan sekuat tenaga, tapi laki laki itu terus menindihku dengan kuat, membuat aku benar benar tidak bisa bergerak sama sekali, akhirnya aku terkulai lemah tak berdaya sambil terus menangis.
?Pak dicky..! Tolong saya Pak..!? jeritku sambil menyapukan pandangan mencari manajerku.
Betapa terkejutnya aku saat kulihat Pak Dicky sedang mendekap tubuh Lenny sambil tangannya berusaha melucuti pakaian yang melekat di tubuhnya dibantu oleh tiga orang temannya. Bersamaan dengan itu kurasakan sesuatu mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku. Rupanya saat itu laki-laki yang berada di atas tubuhku, sudah akan memperkosaku. Dia menyelipkan batang penisnya dari sela-sela celana dalam yang kukenakan dan terus menekannya dengan keras, membuat batang kemaluannya makin terhunjam masuk melewati bibir vaginaku.
?Jangan.. Ouh..!!? jeritku sambil berusaha menahan pahanya dengan kedua tanganku, tapi batang kemaluannya terus melesak masuk, sehingga akhirnya benar-benar terbenam seluruhnya di dalam liang vaginaku.
?Jangan keluar di dalam, Pak..!? gumamku pelan sambil menahan tubuhku yang berguncang saat laki-laki itu mulai memompaku.
?Oke.. Uh.. Ssh.. Kamu cantik Nina..!? ceracau laki laki itu saat mulai bergerak di dalam tubuhku.
?Ouh.. Hh..!? desahku lirih.
Aku memejamkan mataku, merasakan getaran yang mulai menjalari seluruh tubuhku, saat pemerkosaku menghentakkan tubuhnya dengan makin cepat, membuat aku mulai terangsang saat itu, dan tanpa sadar aku pun ikut menggerakkan pinggulku, berusaha mengimbangi gerakannya.
Aku memang sudah sering melakukan hubungan badan dengan pacarku sejak aku masih duduk di bangku SMU, malah kegadisanku telah terenggut oleh pacarku saat aku masih di kelas satu SMA, dan sejak saat itu kami rutin melakukan aktifitas seks, sampai akhirnya aku pergi melanjutkan studi di Bandung, dan sekarang aku kembali merasakan kenikmatan itu setelah selama satu tahun aku tidak pernah lagi bersetubuh.
?Ouh.. Shh. Ah.? desahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.
Sementara di pojok ruangan, kulihat Lenny sedang berjuang dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari keempat orang yang sedang menggumulinya. Saat itu keadaan Lenny benar benar sudah sangat berantakan, kemeja lengan panjang yang di kenakannya sudah terbuka lebar dan hampir lepas dari tubuhnya, sementara bra yang dikenakannya sudah tampak setengah terbuka hingga membuat satu payudaranya menyembul keluar.
?Jangan.. Jangan.. Lepaskan.. Tolong..!? jeritnya keras sambil berusaha meronta dan melawan dengan gigih saat seseorang dari mereka mulai mengangkat rok panjang yang dikenakan oleh Lenny.
?Jangan..! Toloong..!? jerit Lenny makin keras sambil menendang-nendangkan kedua belah kakinya saat mereka mulai menggerayangi tubuh bagian bawahnya dengan buas.
?Hentikann..! Hentikan.!? teriak Lenny putus asa sambil menangis sejadi-jadinya sementara tangannya berusaha menggapai ke arah bawah, mencoba menahan tangan-tangan yang sedang melolosi celana dalamnya, tapi gerakannya tertahan oleh tangan Pak Dicky yang saat itu terus mendekap tubuh Lenny dari belakang.
Manajerku itu terus memaksanya untuk tetap berada di dalam pangkuannya, sambil sesekali meremas dan mempermainkan puting buah dada Lenny. Beberapa saat kemudian, dua orang dari mereka mengangkat tubuh Lenny sambil merenggangkan kedua belah kakinya, sementara Pak Dicky tetap mendekap tubuh Lenny sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke sela-sela bibir kemaluan temanku itu.
Saat itu keadaan Lenny sungguh sangat mengenaskan, pakaian bagian atasnya sudah terbuka dengan lebar, sementara roknya pun telah tersingkap sampai sebatas perutnya, dan aku dapat melihat jelas, saat tubuh Lenny tampak menggeliat hebat ketika kedua orang yang mengangkat tubuhnya itu mulai menurunkannya dengan perlahan, membuat batang kemaluan Pak Dicky melesak masuk ke dalam liang vaginanya.
?Ough..! Jangaan..!? jerit Lenny parau sambil meringis kesakitan ketika vaginanya mulai dijejali oleh kemaluan Pak Dicky.
Perlahan, kulihat batang kemaluan itu terus melesak masuk sampai akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Lenny, saat itu tubuh Lenny benar-benar telah menyatu dengan tubuh Pak Dicky. Dan Lenny tampak mengerang kesakitan sambil menggeliatkan tubuhnya.
?Arghh.. Sakitt.., perihh, lepaskan itu dari tubuhku..!? jerit Lenny dengan nafas yang tersengal-sengal, dia masih berusaha meronta, ketika Pak Dicky mulai bergerak di dalam tubuhnya, membuat Lenny makin menjerit-jerit kesakitan, sampai akhirnya tubuhnya terkulai lemas tak sadarkan diri di dalam dekapan Pak Dicky.
Pak Dicky masih terus memompa tubuh Lenny yang pingsan itu dengan kasar, begitu kasarnya hingga membuat tubuh temanku itu ikut berguncang dengan hebat. Buah dadanya yang besar tampak menggeletar dan terlempar kesana kemari saat tubuhnya bergerak naik turun, sementara saat itu aku pun masih terus digarap oleh laki-laki yang sedang memperkosaku, sampai akhirnya tubuhku menegang dengan keras.
?Ohh..!? aku mendesah keras saat telah mencapai orgasme, seluruh sumsum di tulangku serasa ditarik keluar ketika aku benar-benar telah mencapai puncak kenikmatan, tapi tiba-tiba aku menjadi panik luar biasa saat kurasakan penis laki-laki itu berdenyut keras di dalam liang rahimku.
?Jangan.. Jangan di dalam..! Lepaskan.. Bajingan..!? jeritku putus asa saat kurasakan cairan hangat membanjiri rongga kemaluanku. Laki-laki itu telah menyemburkan cairan spermanya di dalam liang rahimku.
Sesaat kemudian posisinya sudah digantikan oleh temannya, dan aku kembali diperkosa. Sementara di pojok ruangan, Lenny pun masih terus digarap oleh mereka, kulihat darah keperawanannya meleleh keluar dari sela-sela bibir vaginanya, bercampur dengan cairan sperma, saat seorang dari mereka mulai kembali melesakkan liang vagina Lenny dengan batang penisnya.
Malam itu, Aku dan Lenny menjadi piala bergilir, tubuh kami berdua dikerjai dan diperkosa habis-habisan oleh mereka. Siksaan itu baru berakhir saat waktu sudah menunjukkan jam empat subuh. Kulihat di depanku tertumpuk sejumlah uang pecahan seratus ribu. Kuraih uang tersebut sambil berusaha bangkit dan mengenakan seluruh pakaianku, setelah itu aku berjalan mendekati tubuh Lenny yang masih meringkuk di sudut ruangan. Saat itu dia sudah siuman dari pingsannya, dia mengerang kesakitan sambil menangis meratapi kegadisannya yang telah terenggut paksa pada malam itu. Kurangkul tubuhnya dan membantunya berjalan pulang..
Selembut Nafsu Wanita
Di suatu desa hiduplah seorang pemuda yang bernama Ryan Wilantara.
Ia sehari-hari berprofesi sebagai tukang ojeg.
Pasa awalnya pengalaman sebagai tukang ojeg biasa-biasa saja bahkan lancar-lancar saja.
Tetapi lama kelamaan pengalamannya semakin pahit.
Hal itu ditandai dengan semakin sepinya penumpang tetapi persaingan tetap ada.
Untuk mengubah nasibnya, akhirnya Ryan memutuskan untuk mengadu nasib di kota. Untuk modal tersebut Ryan terpaksa menjual motor milik satu-satunya itu. Akhirnya terjuallah motor Ryan seharga 5 juta kepada tetangganya yang kebetulan sedang membutuhkan motor.
Dengan modal sebesar itu jadilah Ryan pergi ke kota untuk mengadu nasib. Saat tiba di kota Ryan mencari kontrakkan yang cocok untuknya. Setelah cukup lama mencari, ia mendapatkan kontrakan dengan biaya sebesar Rp 150.000/bulan. Untuk ukuran Jakarta biaya tersebut termasuk murah.
Setelah resmi menempati kontrakan itu datanglah seorang gadis tetangganya untuk berkenalan.
"Hai.." sapa gadis itu.
"Hai juga.." balas Ryan.
"Aku baru melihatmu di sini."
"Ya memang saya baru datang dari desa untuk mengadu nasib di kota ini."
"Ooh dan siapa namamu?"
"Namaku Ryan, panggil saja aku Ryan. Dan namamu..?"
"Namaku Melisa, panggil saja aku Lisa."
Setelah itu cukup lama mereka berbincang-bincang mengenai diri dan pengalaman mereka.
"Lis, nanti sore kamu ada acara.?"
Lisa berpikir sejenak.
"Tidak, memangnya ada apa?"
"Aku mau mengajakmu untuk membeli mebel."
"Ya, bisa nanti aku, kau ajak."
Saat ini waktu sore pun tiba. Ryan dan Melisa pergi ke toko mebel sambil berbincang-bincang. Ryan membuka pembicaraan.
"Lis, aku saat ini menganggur dan ingin mencari pekerjaan. Apakah engkau punya informasi lowongan kerja?"
"Kalau di tempatku ada yaitu sebagai security, kamu mau?"
"Memangnya kerjamu dimana sih?"
"Aku bekerja sebagai DJ di sebuah diskotik."
"Kalau ada lowongan di sana tolong bantu aku dong."
"Ya, akan aku usahakan."
Pada suatu saat dengan usaha Lisa, Ryan di panggil oleh manager diskotik untuk wawancara. Dan wawancara berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Selain itu Ryan juga di terima untuk bekerja di discotik itu.
Ryan mulai bekerja pada esok malam yang kebetulan berbarengan dengan sahabat barunya, Lisa.
Hari pertama Ryan mulai bekerja pada pukul 6 sore sampai pukul 4 pagi. Begitu juga untuk hari-hari berikutnya. Kebetulan pada jam kerja itu berbarengan dengan Lisa sehingga mereka bisa berangkat bersama-sama.
Di discotik itu Ryan berkenalan dengan Herman sebagai kepala security. Malampun semakin larut tetapi pengunjung semakin ramai. Saat itu datanglah seorang wanita cantik berambut panjang mengunjungi diskotik tersebut. Ia datang sendirian dengan wajah yang murung yang mungkin di sebabkan karena kesepian.
Kemudian wanita itu menghampiri di mana Ryan dan Herman berada.
"Maaf, adakah yang bisa menemaniku?"
Atas permintaan wanita itu Ryan dan Herman saling tatap. Lalu Herman memberi kode agar Ryan yang memenuhi permintaan wanita itu. Ryan pun setuju karena Herman merupakan atasannya. Kemudian wanita itu menggandeng Ryan untuk menuju ka lantai discotik untuk berdansa. Musik mengalun lembut dan wanita itu mendekap erat tubuh Ryan. Dan wanita itu berkata:
"Aku baru melihatnu di sini."
"Ya, saya memang orang baru di sini."
"Kenalkan, namaku Sarah dan siapa namamu?"
"Panggil saja aku, Ryan."
Kemudian metreka kembali berdekapan erat sampai alunan musik selesai. Setelah itu Sarah kembali berbicara kepada Ryan.
"Ryan pas libur kerja maukah kau main ke rumahku."
Ryan berpikir sejenak.
"Mungkin bisa tetapi jam berapa?"
"Kira-kira jam 9 pagi lah."
"Ya, akan saya usahakan untuk mengunjungi rumahmu."
"Ohh, terima kasih Ryan." Ucap Sarah sambil mengecup pipi Ryan dan memberikan beberapa lembar seratus ribuan ke telapak tangan Ryan. Ryan berusaha untuk menolak tetapi sarah terus memaksanya. Akhirnya Ryan pun terpaksa menerima uang dari Sarah.
Setelah Sarah pergi keluar dari diskotik itu, Ryan memghampiri Herman untuk melaporkan kejadian yang baru dialaminya.
"Bang Herman tadi wanita itu memberiku uang sebanyak ini."
"Ooo, itu memang rejekimu, maka terimalah dan aku minta satu lembar untuk beli rokok."
Dan Ryan pun memberikannya dengan senang hati. Selain itu Ryan juga memberikan beberapa lembar uang tersebut kepada Lisa saat sampai di rumah kontrakannya. Dan Lisa pun sangat senang menerimanya. Beberapa hari kemudian Ryan teringat janjinya kepada Sarah untuk main ke rumahnya. Memang pada waktu yang lalu Ryan juga diberikan kartu nama dari Sarah.
Untuk menepati janjinya Ryan jadi pergi menuju rumah Sarah yang alamatnya sudah tertera di kartu nama dari Sarah. Dengan menggunakan angkutan umum, Ryan sampai di suatu pemukiman elit. Kemudian Ryan mencari rumah yang tertera di kartu nama tersebut. Setelah mencari-cari, Ryan menemukan rumah yang akan dicari. Saat Ryan sampai di pintu gerbang rumah Sarah, pintu pagar itu terbuka secara otomatis. Ternyata Sarah sudah menunggu di teras rumahnya.
Ryan sangat kagum dengan rumah Sarah, karena rumah itu sangat besar dan mewah. Halaman rumah itu cukup luas dengan aman yang sangat indah. Sarah menyambut mesra kedatangan orang yang dinantikannya, yaitu Ryan.
"Hai Ryan. Akhirnya kau datang juga."
"Engkau sudah lama menungguku?"
"Belum kok baru 5 menit aku menunggumu di sini, ayo kita ke dalam sekarang. Aku sudah menyiapkan santapan untukmu."
Akhirnya Ryan mengikuti Sarah untuk masuk ke dalam rumah gadis itu. Ryan sangat kagum dengan perabotan yang ada di rumah Sarah, semuanya serba lux dan sangat indah di pandang mata. Setelah itu mereka menuju ruang makan untuk makan siang bersama. Ternyata hidangan yang sudah dipersiapkan oleh Sarah cukup banyak yang membuat Ryan cukup terkejut.
"Wah, banyak sekali hidangan ini. Apakah ini hanya untuk kita berdua?"
"Ya, ini untuk kita berdua, memangnya kenapa?"
"Terus terang hidangan ini sangat banyak. Apakah kita berdua sanggup untuk menghabiskannya?"
"Kalau tidak habis, tidak apa-apa. Kan nanti bisa dihangatkan jika kita ingin makan lagi."
"Oh ya Sarah."
"Ya ada apa, sayang?"
Di rumah sebesar ini kamu tinggal dengan siapa?"
"Di sini aku tinggal sendirian dengan 2 orang pembantu."
"Berarti apakah kamu tidak kesepian?"
"Aku memang kesepian Ryan. Dan aku sangat berharap engkau mau tinggal bersamaku di sini."
"Waduh bagaimana ya. Aku saat ini masih bingung dan saya tidak enak dengan anggapan orang, karena kita ini bukan apa-apa dan baru berkenalan."
"Walaupun begitu aku mohon padamu Ryan agar engkau mau tinggal bersamaku di sini untuk mendampingi aku yang setiap saat kesepian."
Ryan semakin bingung dengan permohonan Sarah itu antara menolak atau menerima, dalam diri Ryan masih perang batin.
"Atau kalau engkau tak mau tinggal di sini bagaimana kalau engkau aku belikan sebuah rumah supaya aku bisa bebas untuk mengunjungimu"
"Wah jangan Sarah itu sama saja engkau membuat hutang budi kepadamu".
"Aku ikhlas kok yang penting kita bisa bertemu setiap saat."
Setelah makan siang selesai, mereka terdiam cukup lama sampai akhirnya Sarah membuka pembicaraan kembali.
"Ryan, ikut aku yuk!"
"Kemana?"
"Pokoknya ikut deh."
Akhirnya Ryan mengikuti Srah untuk menuju keruang tengah. Di ruang tengah itu Sarah menyalakan TVnya yang cukup besar sekaligus VCD playernya. Ryan melihat Sarah memasukkan sekeping vCD ke playernya. Dan Sarah kembali mendekati Ryan untuk duduk di sampingnya sekaligus untuk menonton film dari TV itu.
Ternyata dari tangan di TV itu Ryan cukup terkejut karena yang di tampilkan adalah tayangan yang sangat vulgar. Tak lama kemudian Sarah bangkit untuk menuju ke kamarnya. Tak lama kemudian Sarah kembali muncul dari kamar dan memakai daster sutera tang sangat tipis dan tak ada pelapis tubuhnya selain daster itu. Kemudian Sarah mendekati Ryan yang sudah bangkit gairahnya karena menyaksikan tayangan vulgar dari TV itu.
"Ryan..
"Ya..
"Kita ke kamar yuk."
Bagai kerbau dicucuk hidungnya Ryan mengikuti Sarah untuk menuju ke kamarnya. Saat sampai di kamar, Sarah langsung mengunci pintu kamar. Ryan sangat kagum dengan keadaan di kamar itu. Kamar yang cukup luas, bahkan melebihi luasnya rumah kontrakan Ryan dan berisikan perabotan yang sangat mewah. Kemudian Sarah mengajak Ryan untuk ke ranjang tidurnya yang mewah dan empuk itu.
Didekat ranjang mewah itu Ryan dan Sarah saling berhadap-hadapan. Saling pandang. Dan Sarah langsung memeluk Ryan denagn hangat dan Ryan pun memeluknya. Saat berpelukan Ryan membelai rambut Sarah yang hitam mengkilat dan panjang tergerai itu. Kemudia Ryan mencium bibir Sarah yang sejak tadi merekah. Dan Sarah pun membalas denagn melumat bibir Ryan dengan hangat. Ketika mereka saling mempermainkan lidahnya, wanita kaya yang kesepian itu benar-benar melambung perasaannya.
Karena mereka sudah tak tahan lagi, Sarah melepaskan gaun tipisnya dan sekaligus melepaskan pakaian Ryan. Lalu Sarah terlentang di atas ranjang mewah dan menantikan pelukan Ryan. Kemudian Ryan memeluk tubuh itu. Menyentuh payudaranya yang ranum dan lembut kulitnya.
Ryan mencium bibir itu kembali. Lidahnya mempermainkan rongga mulut Sarah. Menggelitiknya dan menimbulkan rasa nikmat. Sarah memang masih perawan, dan Sarah dengan antusias menangkap lidah Ryan dengan lidahnya. Permainan yang panas itu terus berlanjut. Puas mencium, Ryan dengan lidahnya menyapu sepanjang leher. Sehingga membuat Sarah menggelinjang.
"Oohh, Ryan.."
Ryan hanya tersenyum saja. Dengus nafasnya kini terasa di telinga dan lidahnya menggelitik di lubang telinga itu. Kemudia Ryan mencucup puting susunya.
"Oohh..
Ryan tersenyum. Lidahnya mempermainkan puncak payudara itu. Kemudian menghisap-hisapnya.
"Ryan.."
Puas menghisap-hisap puting susu Sarah, Ryan menjilati kulit lembut sepanjang perut. Kemudian turun ke bawah, dan singgah di bukit kecil dengan rerumputan yang menghitam. Bau wangi khas parfum dan shampo membuat Ryan betah di tempat itu. Ia menciumi rerumputan itu.
"Oohh..", desah Sarah kenikmatan.
Sejuta keindahan terasa menyatu. Kenikmatan tiada tara. Kenikmatan yamg luar biasa. Akibatnya seluruh tubuhnya gemetar hebat.
"Ryan.."
"Ya?"
"Tak tahan nih.."
Ryan tersenyum. Ryan tahu Sarah masih perawan dan alat kemaluan Ryan sudah menegang sejak tadi dan siap untuk menghujam. Ryan mencoba benda itu untuk masuk ke dalam liang vagina yang tampak mulai basah dan lembab itu.
Ia tekuk kaki Sarah yang cantik. Ia lebarkan pahanya sehingga lubang dalam liang vagina itu menganga di depan senjata pamungkasnya. Dan ia mulai masuk. Mulai menekan. Tetapi sering terpeleset. Beberapa kali ia coba, tapi gagal lagi.
Akhirnya kedua tangan Sarah membantu melebarkan bibir vaginanya. Dan Ryan memasukkan senjata meriamnya, menekan dengan tubuh. Dan akhirnya melesak ke dalam, setelah Sarah menggerakkan pantatnya sedikit. Dan terdengar pekik tersentak.
"Oouwww..!"
Sarah memeluk tubuh Ryan, matanya berkaca-kaca.
"Kenapa?" tanya Ryan lirih.
"Sakit."
"Aku hentikan ya."
"Jangan Ryan walau sakit tapi enak kok."
"Benar?"
"Ya."
Lalu Ryan melanjutkan menusuk vagina Sarah dengan senjatanya secara pelan-pelan. Ryan tahu bahwa selaput kesucian Sarah telah pecah. Pastilah darah perawan itu akan jatuh ke sprey, menetes dan ia melihat Sarah menahan rasa sakit.
Namun di sisi lain ia kepuasan di wajah itu, maka ia kemabli menggerakkan senjatanya yang terlanjur menghujam ke dalam gua lembab itu, perlahan saja. Kemudian menekannya lagi, dan begitu seterusnya. Sarah merasa ada sesuatu yang bergerak cepat dan menggetarkan seluruh sendi darahnya. Dan mengalir dengan bergolak dahsyat.
"Oohh.."
Desah Sarah merasakan kenikmatan. Begitu juga dengan Ryan, gerakannya makin cepat dan makin bertenaga, akhirnya ia mencengkeram bahu Sarah dan memeluk wanita itu. Keduanya melenguh dahsyat. Berbarengan dengan itu cairan kental dan hangat menyembur dari lubang meriam Ryan dan dinding rahim Sarah.
Dengus kepuasan terasa sekali dari hidung Ryan. Begitu juga dengan hempasan nafas Sarah. Dan Ryan menggelosor di sisi Sarah, dan melihat ada apa di bawah pantatnya. Ia melihat ada bercak darah sedikit di atas sprey yang sudah acak-acakan tak karuan itu.
download film adult
E N D
Selasa, 18 Agustus 2015
Nafsu Binal Mbak Wulan
Namaku Benny, peristiwa ini sudah terjadi lama,
ketika aku masih SMA kelas 3.
Saat itu aku masih perjaka ting? Main sabun?adalah satu2nya pelampiasan sex ku.
Aku punya seorang teman akrab, namanya Anton. Dia tinggal menumpang di rumah kakak lelakinya, Mas Har. Orangtua Anton tinggal di kota kecil A yg jaraknya kira?sejam perjalanan dari kotaku. Mas Har sudah beristri, namanya Mbak Wulan. Mereka belum dikaruniai momongan saat itu. Jadi serumah hanya ada mereka bertiga krn Mbak Wulan memang nggak punya pembantu.
Hubunganku dgn keluarga Anton (Mas Har & terutama Mbak Wulan) sudah sangat akrab. Mereka sudah seperti kakak kandung sendiri. Aku sering menginap di tempat Anton demikian pula sebaliknya. Jadi sudah tidak ada kecanggungan sama sekali di antara kami.
Mas Har orangnya agak pendiam, kebalikan dgn Mbak Wulan yg sangat bersahabat. Secara fisik Mbak Wulan tidaklah istimewa. Usianya saat itu sekitar 30 thn. Bodinya pun biasa saja, agak kecil malah. Tingginya sekitar 155 cm, badannya ramping. Kulitnya tidak terlalu putih tapi sangat mulus dan bersih krn dia rajin merawat tubuhnya. Wajahnya tidak terlampau cantik tapi cukup manis, lesung pipit selalu menghias pipinya. Yg paling menyenangkan dari Mbak Wulan adalah pembawaannya. Orangnya sangat ramah dan murah senyum. Diam?aku mengidolakan Mbak Wulan, kalau punya istri aku ingin yg seperti Mbak Wulan.
Saat itu aku sedang libur sekolah sehabis ujian. Pagi kira?jam 9 aku ke tempat Anton untuk mengajaknya main badminton. Aku masukkan Yamaha kesayanganku ke halaman rumah Anton. Mbak Wulan yg menyambutku di pintu sambil tersenyum.
"Anton mana Mbak??
"Wah dia barusan pulang ke A, kemarin sore di telpon ibu disuruh pulang. Kamu janjian sama dia, Ben??
"Ndak Mbak, cuman mau ngajakin badminton kok. Ya sudah Mbak, aku pulang aja.?
Aku sudah hendak menstarter motorku lagi.
"Eh Ben, bisa bantu Mbak ndak? Itu video kasetnya kusut di dalam ndak bisa keluar. Mas Har kan sudah seminggu training di Jakarta, Mbak ndak berani betuli sendiri takut malah makin rusak?
"Oke Mbak.?
Motor aku standardkan lagi dan aku bergegas masuk ke dalam. Aku langsung ke ruang tengah tempat TV dan videonya berada, ambil obeng di laci, terus aku bongkar itu video. (Tolong jangan ditertawakan ya, waktu itu memang belum ada yg namanya VCD). Mbak Wulan sudah masuk ke kamarnya lagi. Tidak sampai 10 menit kaset kusut yg terselip di rol dalam video itu sudah berhasil aku keluarkan, dan videonya sudah aku rapikan lagi. Aku buka laci tempat kaset video, aku comot sembarang kaset yg paling atas aja. Maksudku aku mau cobain, sudah bagus belum hasil "reparasi"ku.
Kaset aku masukin dan langusng aku Play. Ternyata yg aku comot tadi adalah kaset BF. Aku memang sudah tdk asing dgn film BF, maklum anak umur segitu. Kaset yg aku buat coba itu BF Asia, nggak tahu Thailand atau Filipina. "Mumpung Mbak Wulan di kamar,?aku pikir sambil coba video aku lihat BF dulu soalya jarang lihat BF Asia. Sekitar 5 menit aku nonton video, aku mulai terangsang juga, aku jadi agak lupa sama Mbak Wulan.
"Hayo ?nonton apa?
Suara lembut Mbak Wulan mengagetkan aku. Aku tdk sadar kalau Mbak Wulan sudah keluar dari kamarnya krn aku memang membelakangi pintunya sambil duduk di karpet bersandar di sofa. Aku buru?bangkit mau mematikan video sambil tersipu malu.
"Anu Mbak ? cuman mau coba videonya, ambil kaset sembarang aja.?
"Jangan dimatikan Ben, Mbak juga mau nonton ah, temeni ya a" Mbak Wulan berkata dgn nada menggodaku.
Akhirnya kami berdua nonton BF sambil duduk di karpet bersandarkan sofa yg empuk. Mula?aku salah tingkah juga krn kehadiran Mbak Wulan. Tapi lama?terbawa oleh panasnya adegan di video, aku jadi lupa akan Mbak Wulan yg berjarak kurang dari semeter di kiriku. Aku sudah terangsang dan tanpa bisa dikomando, penisku sudah menegang dgn sendirinya. Pikiranku sudah betul?dimabokkan oleh tubuh?berkeringat yg ada di pandanganku. Tak sedetik pun aku mengalihkan tatapanku dari layar TV. Apalagi saat adegan blow job diperagakan si cewek thd si cowok.
"Ben, .. kamu pengin diemut kayak gitu??
Suara lembut Mbak Wulan yg medok bhs Jawanya membuat aku terkejut. Tanpa sadar aku cuman bisa mengangguk pelan. Mbak Wulan beringsut mendekatiku dan dgn kode tangannya menyuruh aku duduk di sofa. Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja duduk di sofa. Celana olahragaku yg komprang dan CD ku dipelorotkan oleh Mbak Wulan dgn sekali sentakan. Aku sudah tdk ingat lagi siapa Mbak Wulan itu. Batang penisku sudah berdiri tegak. Kepalanya sudah berwarna merah tua tanda darah sudah mengumpul disitu. Lendir sudah membasahi kepala penisku sehingga tampak makin mengkilap.
Sambil masih bersimpuh di karpet di hadapanku, jari?lentik Mbak Wulan mulai mengelus batang kemaluanku. Tanpa ber-kata?lagi Mbak Wulan mulai menciumi batang penisku. Lidahnya mulai me-nari? Dimulai dari bawah di kantong bijiku, lidah Mbak Wulan menggelitik terus merambat ke atas sampai di kepala penisku. Sampai disana, Mbak Wulan memasukkan penisku ke mulutnya, dihisap sedikit. Lalu dikeluarkan lagi dan dia mulai menjilati dari kantong bijiku lagi. Begitu seterusnya sampai tak seinci pun kulit kemaluanku yg tidak dijamah oleh lidah gesit Mbak Wulan. Kadang Mbak Wulan hrs bergeser sedikit demi menikmati seluruh permukaan penisku.
Aku betul?lupa segalanya. Yg kuingat hanya kenikmatan yg belum pernah aku rasakan sebelumnya. Seluruh tubuhku terasa kegelian krn jilatan lembut Mbak Wulan di penisku. Rasa geli bercampur kenikmatan sampai terasa di ujung jari kakiku. Nafasku mulai memburu. Aku tahu tidak lama lagi penisku akan memuntahkan lahar panasnya.
Tiba?Mbak Wulan merubah gayanya. Sekarang dia memasukkan seluruh batang kemaluanku yg memang tidak terlampau besar itu ke dalam mulutnya yg mungil. Lidahnya terus menggelitik tongkat kenikmatanku yg ada di dalam mulutnya. Aku makin tak tahan dan mulai menggelinjang menahan kenikmatan yg tiada taranya ini. Rupanya Mbak Wulan merasakan tubuhku makin menegang. Mulut dan lidahnya masih sibuk dgn penisku, tangan kirinya mengelus lembut perut bagian bawahku dan
jari?tangan kanannya meremas serta menggelitik kantong bijiku. Kepalanya digerakkan meng-angguk?sehingga kulit penisku yg sudah sangat sensitif ter-gesek?bibirnya yg tipis itu.
Makin lama gerakan anggukannya makin cepat. Aku sudah tidak punya pertahanan apa?lagi. Tanganku sudah meremas lembut rambut Mbak Wulan sambil sesekali menekan kepala Mbak Wulan. Gerakan kepala Mbak Wulan makin menggila.
"Ahhhhhhhhhhh crotttt crooot crooot?
Aku rasakan kenikmatan yg tdk bisa digambarkan dgn kata?sambil menyemburkan maniku di dalam mulut Mbak Wulan. Mbak Wulan tampaknya tdk terkejut dgn semburan itu, dia terus saja menggerakkan kepalanya sambil menyedot air maniku. Kenikmatan itu masih belum menghilang sekalipun ejakulasiku sudah tuntas. Mbak Wulan masih terus menghisap penisku tanpa sekali pun pernah mengeluarkannya dari mulut mungilnya. Setelah beberapa saat demikian teganganku mulai menurun. Gerakan kepala Mbak Wulan juga mulai melemah. Dgn gerakan sangat pelan dan lembut, bibirnya tetap mengatup batang kemaluanku, Mbak Wulan mengangkat kepalanya sampai seluruh penisku terlepas dari mulutnya.
Ah, aku betul?merasa di puncak surga dunia. Ini untuk pertama kalinya aku di blow job. Penisku masih berdiri sekali pun sudah tidak setegang tadi, mengkilap krn air liur Mbak Wulan tanpa ada tanda setetespun dari air maniku. Mbak Wulan memandangku tersenyum sambil bergerak bangkit duduk di sampingku. Dia mencium pipiku dgn mesra aku pun membalasnya.
"Makasih Mbak, tadi nikmat sekali. Mbak Wulan pinter.?
"Mbak juga seneng kok Ben, pejuhmu enak, ndak amis. Kamu baru pertama kali ini diemut ya Ben??
"Iya Mbak,?jawabku malu?
Kami meneruskan nonton BF yg memang belum selesai sambil duduk berpelukan. Kadang?kami saling berciuman dgn mesra, tapi aku masih belum berani menjamah Mbak Wulan. Kalau ingat saat itu aku suka geli sendiri. Bagaimana tidak, kami duduk berdampingan, Mbak Wulan masih berpakaian lengkap daster baby-doll, sedangkan aku masih telanjang celana tapi masih pakai kaos olahraga.
To be continued ?.
Kami terus menikmati adegan demi adegan di layar kaca sambil duduk berpelukan di sofa itu. Saling cium mesra menjadi bumbu menonton kami. Makin lama aku mulai terangsang lagi. Penisku mulai berdiri lagi. Mbak Wulan rupanya memperhatikan hal ini. Tangan kirinya mulai mengelus lembut batang kemaluanku yg baru saja dipuaskan dgn gelitikan lidahnya. Tiba?Mbak Wulan bangkit berdiri dan mematikan video dan TV.
"Kita ke kamar yuk Ben,?ajaknya.
Kami masuk kamar berdua. Lucu juga. Mbak Wulan menarik penisku yg sudah tegak berdiri sambil membimbingku masuk kamarnya.
"Kaosmu copot aja Ben?
Aku pun melepas satu?busana yg masih melekat di badanku. Agak malu juga aku telanjang bulat di hadapan Mbak Wulan.
"Mbak Wulan copot juga dong pakaiannya,?pintaku
Tanpa bicara sepatahpun Mbak Wulan mulai melepas baju dasternya. Terlihat kulit mulus pundak dan sebagian perut Mbak Wulan yg rata tanpa lemak sedikitpun. Dia masih mengenakan BH warna krem. Kedua tangannya menjulur ke punggungnya mencopot kaitan BHnya. Perlahan dilepasnya BH krem itu. Wow!. Sungguh pemandangan yg indah. Untuk pertama kalinya aku melihat secara langsung buah dada wanita. Biasanya aku hanya lihat di video atau foto saja. Buah dada Mbak Wulan tidak terlalu besar, seimbang dgn tubuhnya yg ramping itu. Putingnya kecil sebesar kismis, berwarna coklat tua. Tampak kedua puting Mbak Wulan sudah mengeras. Perlahan dgn sengaja sambil menghadap aku, Mbak Wulan membelai payudaranya, kedua tangannya menopang buah dadanya sambil diangkatnya sedikit. Sungguh pemandangan yg merangsang kelakianku.
Kemudian Mbak Wulan melepaskan celana baby-dollnya sekalian dgn CD nya. Sambil agak meliukkan tubuhnya kedua tangannya memelorotkan celananya. Mbak Wulan sudah bertelanjang bulat di hadapanku. Sungguh pemandangan yg sangat menggiurkan. Kulit tubuh Mbak Wulan, sekalipun itdak terlalu putih tapi sangat mulus. Bulu kemaluan Mbak Wulan sangat tipis dan jarang. Aku terus mengagumi tubuh polos Mbak Wulan. Kayaknya Mbak Wulan agak malu juga aku perhatikan seperti itu. Dia berjalan mendekatiku dan memelukku dari depan. Kami saling berciuman. Bibirku melumat bibir Mbak Wulan yg mungil tipis itu. Lidah kami saling menggelitik. Tubuh kami saling lengket. Buah dada Mbak Wulan yg ternyata sangat padat sekalipun tdk besar menekan keras dadaku. Bulu kemaluannya menggosok geli pahaku.
Kemudian Mbak Wulan melapaskan pelukannya terus berbaring telentang di tengah tempat tidur. Dgn tangannya dia memberi kode agar aku berbaring di sisinya. Tanpa perlu disuruh dua kali aku langsung menurutinya. Sambil berbaring aku mencium bibir Mbak Wulan. Aku mulai berani menjamah tubuh Mbak Wulan. Mula?aku belai pundaknya. Tanganku terus mengarah ke buah dadanya. Aku belai lembut payudara Mbak Wulan yg padat itu. Sekali?aku remas dgn mesra, sambil kami terus berciuman. Tangan Mbak Wulan membelai lembut punggungku.
Aku lepaskan bibirku dari bibir Mbak Wulan. Aku mulai mempraktekan apa yg sering aku lihat di film?BF. Aku mulai menciumi leher Mbak Wulan. Tangan kiriku masih me-remas?buah dada kanan Mbak Wulan. Kadang?putingnya yg sudah mengeras aku pelintir?dgn telunjuk dan ibu jariku. Mbak Wulan menanggapinya dgn desahan?lembut yg merangasang.
"Ahhhh ?Ohhhhh ?iya ?iya ?iya Ben ?uuuhhh?
Aku makin PD meneruskan aksiku. Sepertinya Mbak Wulan menyukai apa yg aku lakukan. Ciumanku mulai aku arahkan lebih ke bawah, ke arah payudaranya. Aku jilat?bukit dada Mbak Wulan.
"Ohhhh ?iya Ben aa uhhhh terus .. terus ? isep tetek Mbak ?ohhh Ben .. iya?
Aku mengikuti instruksi Mbak Wulan. Aku hisap lembut puting susu Mbak Wulan yg sebelah kiri sambil memelintir putingnya yg kanan. Mbak Wulan meliuk kenikmatan.
"Iya ?iya ? gitu ?terus Ben ?Ben ? ahhhhh?
Kemudian aku balik permainanku. Puting yg kanan yg aku jilat dan hisap dan yg kiri aku mainkan dgn jari?ku. Mbak Wulan makin menggelinjang.
"shhhhh shhhhhh ? ahhhh ?uhhhhh iya ?iya ? ohhh?
Tiba?Mbak Wulan duduk lalu merangkak. Kepalanya mengarah ke penisku yg memang sudah tegak sedari tadi. Mulutnya langsung mencium penisku dan mengulumnya. Lidahnya menggelitik kepala penisku yg ada di mulutnya. Kakinya mulai beringsut sedikit demi sedikit. Kemudian Mbak Wulan mulai mengangkang tepat di depan mukaku yg masih telentang itu. Sungguh pemandangan yg indah. Aku yg belum pernah melihat kemaluan wanita secara langsung bisa menikmati punya Mbak Wulan dari jarak cuman sejengkal. Bibir kemaluan Mbak Wulan sungguh tipis, liang kenikmatannya sedikit menganga, berwarna merah tua dan berlendir. Klitorisnya sudah berdiri mengeras sebesar kacang hijau. Warnanya merah pink. Aku mengangkat kepalaku, langsung aku ciumin kemaluan Mbak Wulan. Baunya agak amis tapi tidak membuat mual, persis seperti bau daging segar.
Aku mainkan lidahku di seputar lubang senggama Mbak Wulan.
"Ohhhh ?ahhhh iya Ben ?terus .. terus Ben ?ahhhh ?jilati tempik Mbaka"
Aku memang tdk bermaksud berhenti dari aksi lidahku itu. Seluruh permukaan kemaluan Mbak Wulan aku ciumi dan jilati. Kadang?lidahku aku sodorkan ke dalam lubang kenikmatan Mbak Wulan sambil aku gelitik pelan. Aku rasakan tubuh Mbak Wulan sedikit gemetar. Aku lanjutkan aksiku, kedua tanganku membelai dan meremas pantat Mbak Wulan yg kenyal itu. Kemaluan Mbak Wulan makin terasa berlendir bercampur dgn air liurku.
"shhhh ?shhhhh ? ahhhh ?ahhhhh ? jilati itilnya Ben .. ahhhh ahhhhh?
Entah perasaanku saja atau memang demikian, aku lihat klitoris Mbak Wulan sedikit lbh besar dari awalnya. Aku segera menggelitiknya dgn lidahku. Aku tarik bantal di dekatku aku topangkan di belakang kepalaku. Posisiku makin nyaman untuk menikmati seluruh permukaan kemaluan Mbak Wulan. Penisku masih di peras?oleh mulut Mbak Wulan. Dia hanya berhenti sekali?hanya untuk mengeluarkan desahan?kenikmatan.
"uhhh ?uhhhh ?shhhhh .. iya .. iya ?ohhh nikmaaat .. terus ?terus ,,,?
Kami terus di posisi itu beberapa saat. Tubuh Mbak Wulan mulai menegang, desahannya makin menggila. Sedotan mulut Mbak Wulan di penisku juga makin menguat. Lidahku makin giat menari mengitari lubang kemaluan Mbak Wulan. Sodoran lidahku ke liang kenikmatan Mbak Wulan semakin dalam. Tiba?tubuh Mbak Wulan mengejang gemetaran. Selangkangannya menekan kuat ke wajahku sampai aku hampir?tak bisa bernapas. Lidahku masih di dalam liang kenikmatan Mbak Wulan. Aku tidak bisa bergerak kecuali men-julur2kan lidahku semakin dalam. Tubuh Mbak Wulan gemetaran makin hebat, himpitan di wajahku semakin kuat, aku semakin tdk bisa bernapas.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrgggggggghhhhhh hhh aa??
Mbak Wulan melenguh panjang sambil berbarengan aku rasakan makin banyak lendir yg meleleh keluar dari liang senggama Mbak Wulan. Lendir itu membasahi bibirku dan sekitar mulutku. Lidahku makin aku julurkan seakan menyambut lendir kenikmatan itu. Aku cengkeram pantat mulus Mbak Wulan dgn kedua tanganku. Tubuh Mbak Wulan sudah kaku tak diam bergerak. Hanya gemetaran dan suara lenguhan keras yg masih menandakan kehidupan di tubuh Mbak Wulan.
"Ooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ??
Tak berapa lama kemudian tubuh Mbak Wulan berangsur melemas. Otot?yg tadi mengejang sudah mulai kendur. Perlahan?Mbak Wulan mengangkat selangkangannya dari wajahku. Dgn lembut Mbak Wulan beringsut dan berbaring di sisiku. Diciumnya bibirku dan sekitar mulutku yg belepotan lendir kenikmatannya.
"Makasih Ben ?. Mbak nikmat sekali ?kamu memang jago Ben,?bisik lembut Mbak Wulan di telingaku.
Aku menjawab dangan kecupan lembut di pipinya. Selama ini aku pikir kenikmatan yg paling puncak adalah saat aku ejakulasi seperti ketika di blow job oleh Mbak Wulan di sofa tadi. Ternyata aku keliru, aku justru merasa nikmat secara bathin ketika mendengar bisikan lembut Mbak Wulan, lebih dari sekedar kenikmatan badani saat ejakulasi. Dan saat itu aku belum ejakulasi, penisku masih tegak menantang, tapi secara bathin aku sudah merasakan kenikmatan yg luar biasa, blm pernah aku rasakan sebelumnya
Aku mulai mencumbu Mbak Wulan lagi. Payudaranya kembali aku cium dan hisap dgn mulutku. Tampaknya Mbak Wulan sangat menikmatinya. Matanya terpejam, bibirnya menyungging senyum penuh kepuasan. Tangan Mbak Wulan mulai mem-belai?penisku yg memang masih berdiri. Dikocoknya lambat?sambil kadang diremas lembut. Aku mengimbangi dengan menggosok klitoris Mbak Wulan dgn jari tengahku. Kami masih saling raba dan remas seperti ini untuk beberapa saat. Sepertinya Mbak Wulan mulai terangsang lagi. Tubuhnya meliuk mengikuti gosokan jariku di liang kenikmatannya.
Mbak Wulan lalu bangkit, dia berjongkok di atas selangkanganku. Dari sela?bulu kemaluannya yg memang tipis dan jarang itu aku bisa mengintip lubang senggama Mbak Wulan sudah menganga merindukan penisku. Dgn masih berjongkok sambil kakinya berjingkat, pelan?dibimbingnya batang kelakianku dgn tangan kirinya, ke arah lubang kemaluannya. Dgn lambat diturunkannya pantatnya sehingga sedikit demi sedikit batang penisku menerobos masuk liang kemaluan Mbak Wulan. Pantatnya terus menurun sampai seluruh batang kejantananku hilang di dalam lubang kenikmatannya.
Kemudian dgn sangat pelan Mbak Wulan menggerakkan pantatnya naik turun. Aku merasakan kehangatan liang kewanitaaan Mbak Wulan menyelimuti batang kelakianku. Tangan Mbak Wulan bertumpu pada kedua lututnya. Gerakan pantatnya naik turun teratur dgn lembut sekali. Aku merasakan sensasi luar biasa yg belum pernah aku alami. Aku melihat Mbak Wulan terpejam merasakan kenikmatan yg sama. Tanganku mengarah ke pantat Mbak Wulan, aku belai lembut bukit pantatnya yg padat dan kenyal itu. Tanpa terasa dari mulutku keluar erangan kenikmatan.
"Ohhhh ? Mbak Wulan ? ohhhhh ?. Mbak Wulan?
Sepertinya eranganku ini malah menambah birahi Mbak Wulan. Dia sedikit mengubah posisi, sekarang pantatnya menduduki pahaku, kakinya dilipat ke belakang dan lututnya bertumpu di kasur. Dgn demikian seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam liang kewanitaan Mbak Wulan. Sekarang pantat Mbak Wulan bergerak maju mundur. Tangan Mbak Wulan mulai meremas buah dadanya sendiri dan kepalanya mendongak ke belakang sambil matanya terus terpejam. Pantatnya bergerak berirama maju mundur.Sungguh pamandangan yg sangat indah, aku tidak akan pernah melupakannya sampai detik ini.
Gerakan pantat Mbak Wulan semakin cepat dan kuat. Tangannya masih meremas payudaranya dan kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan dgn liar. Rambut Mbak Wulan yg lurus sebahu itu ikut tergerai mengikuti gerakan kepalanya. Mulutnya terbuka dan lidahnya tampak menjilati bibirnya yg tipis itu dgn sensual. Sesekali terdengar desahan dari mulutnya.
"Ohhhhh aooohhhh aaaahhhh ?ahhhhh?
Aku merasakan gesekan dinding liang senggama Mbak Wulan di kepala penisku yg sangat sensitif itu. Sungguh nikmat tak terkatakan. Aku tahu sebentar lagi aku akan mencapai klimaksnya. Dan sepertinya demikian juga dgn Mbak Wulan. Tubuhnya mulai menegang. Tiba?Mbak Wulan merebahkan tubuhnya menindih tubuhku, kakinya diselonjorkan. Pahanya mengatup rapat sehingga batang kemaluanku terjepit di antara kedua bibir kemaluannya. Mbak Wulan menciumi bibirku dan segera aku balas dgn tak kalah liarnya. Pantat Mbak Wulan melakukan gerakan memutar sambil menindih tubuhku. Aku merasakan kenikmatanku akan mencapai puncaknya. Tubuh Mbak Wulan sudah gemetaran hebat tapi dia terus memutar pantatnya tanpa mengangkatnya. Aku sudah tak tahan lagi, bemdunganku jebol saat itu tak tahan menghadapi letusan air maniku. Aku melenguh keras
"Oooooooohhhhhhhhhhh aa??
Sedetik kemudian giliran Mbak Wulan yg mendesis panjang
"Sssssssssssshhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ?aaaaarrrrggggghhhhhhh?
Kami sama?merengkuh kenikmatan lahir bathin. Sungguh perasaan puas yg aku rasakan saat itu. Aku sama sekali tidak menyesal kehilangan keperjakaanku ditukar dgn kenikmatan yg sudah diberikan Mbak Wulan kepadaku. Tubuh Mbak Wulan masih menindihku. Kami masih bercumbu dan saling berciuman mesra. Aku belai rambut Mbak Wulan, aku kecup mata Mbak Wulan yg terpejam. Di dekat telinganya aku bisikan kata?
"Makasih Mbak Wulan.?
"Mestinya aku yg makasih Ben,?Mbak Wulan balas membisik.
"Kamu baru pertama kali ini gituan ama perempuan ya Ben??
"He eh Mbak,?jawabku lirih dgn sedikit malu
"Ndak nyesel kamu kehilangan ngasih keperjakaanmu sama Mbak??
"Sama sekali ndak Mbak. Kalau aku punya lima aku rela semuanya buat Mbak Wulan,?aku mulai berani menggoda.
"Huuu ?dasar bocah gemblung,?tukas Mbak Wulan dgn bahasanya yg medok
"Cuci dulu yuk ah,?Mbak Wulan bangkit sambil tak lupa menghadiahkan kecupan di pipiku.
Kami pun berdua masuk kamar mandi sambil telanjang.
to be continued ?.
Selesai cuci di kamar mandi kami kembali berpakaian. Kami sempat makan mie ayam yg kebetulan lewat di depan rumah. Memang perut jadi lapar setelah "pendidikan jasmani?tadi. Sambil makan kami berbincang ngalor ngidul sambil bercanda seperti yg biasanya kami lakukan. Selesai makan, kami duduk di sofa.
"Mbak punya video yg kayak tadi ndak??
"Kamu pengen nonton yg apa Ben??jawab Mbak Wulan tanpa canggung lagi
"Sembarang aja Mbak, yg menurut Mbak bagus aja.?
Mbak Wulan kemudian masuk kamarnya, aku dengar kunci lemari dibuka. Mbak Wulan keluar kamar sambil membawa satu kaset video.
"Ini aja Ben, Mbak juga belum nonton, ndak tahu bagus apa ndak.?
Mbak Wulan menghidupkan TV dan videonya. Kami duduk berdampingan sambil berdekapan. Ternyata yg diputar Mbak Wulan adalah BF barat. Isinya kebanyakan orang masturbasi, ada cewek dan cowok. Kami tonton saja apa yg ada sambil kami ngobrol? Aku mulai berani bertanya hal?yg pribadi?ama Mbak Wulan. Tentang seks juga aku tanyain. Mbak Wulan orangnya terbuka.
Dia cerita kalau Mas Har, suaminya, orangnya sangat kolot soal seks. Mereka melakukannya hampir tanpa variasi, bahkan oral seks seperti yg kami lakukan tadi, sudah tdk pernah mereka lakukan sejak beberapa thn terakhir ini. Padahal mereka menikah sudah 5 thn. Kebalikannya, Mbak Wulan sangat menikmati variasi seks. Dia bahkan mengaku kalau sering masturbasi sendiri unruk melampiaskan fantasi seksnya. Makanya dia tadi begitu menikmatinya bersama aku.
Sambil omong?kami terus nonton video. Pas adegannya seorang cowok onani. Kayaknya Mbak Wulan sangat menyukainya. Dia sangat memperhatikan sang cowok mengocok penisnya sendiri.
"Mbak terangsang ya lihat cowok ngocok??
"Iya Ben ? Mbak paling terangsang lihat orang laki ngocok, kayaknya nikmat banget. Kamu pernah ngocok kan Ben??
"Eh ? iya Mbak ?kalau pas kepengen banget ya aku ngocok.?
Mbak Wulan terdiam, dia melanjutkan menikmati adegan si cowok. Sebetulnya aku kurang suka lihat adegan itu, tapi aku diam saja demi Mbak Wulan. Mendekati klimaksnya Mbak Wulan makin gelisah. Aku masih diam saja. Terus si cowok sampai klimaksnya, aku lirik Mbak Wulan sudah sangat terangsang, lidahnya menjilati bibirnya sendiri. Melihat reaksi Mbak Wulan aku jadi agak terangsang. Aku cium lembut bibir Mbak Wulan, dia pun membalasnya. Beberapa saat kami saling berciuman.
Adegan di video sudah berganti, sekarang giliran seorang cewek yg masturbasi. Tangannya meremas buah dadanya yg luar biasa gede, sambil tangan satunya menggosok kemaluannya. Sekarang giliran aku yg terangsang. Aku memang suka melihat adegan cewek masturbasi. Menurutku itu seksi sekali. Mataku tak lepas dari layar TV. Rupanya Mbak Wulan memperhatikan aku.
"Kamu juga suka lihat cewek masturbasi ya Ben??
"Iya Mbak, paling suka. Merangsang banget.?
"Pernah lihat langsung cewek masturbasi Ben??
"Pernah gimana Mbak? Lihat cewek telanjang aja baru tadi ama Mbak kok.?
"Kamu mau lihat Mbak masturbasi??
"Ya pasti mau banget Mbak.?
"Tapi ada syaratnya Ben. Mbak mau masturbasi di depanmu tapi kamu juga mesti ngocok di depan Mbak.?
Sebetulnya aku agak risih ngocok di depan wanita. Belum pernah sih. Tapi demi melihat Mbak Wulan masturbasi langsung di depanku terpaksa aku hrs jalani.
"Mau Mbak,?jawabku lirih.
Kami pun kembali masuk ke kamar. Tanpa sungkan Mbak Wulan menelanjangi aku sampai aku bugil. Penisku sudah berdiri menantang. Tanpa di suruh akupun mencopoti pakaian Mbak Wulan satu demi satu sampai Mbak Wulan juga bugil di hadapanku. Kami saling memandangi tubuh bugil kami. Kemudian kami saling berciuman sebentar.
Mbak Wulan lalu tidur telentang di kasur. aku duduk di tepi ranjang memperhatikannya. Mbak Wulan mulai membelai seluruh tubuhnya sendiri. Mula?diremasnya buah dadanya yg sudah tegak berdiri itu. Kemudian kakinya membuka memperlihatkan seluruh kewanitaannya di hadapanku. Jari tangan kanannya mulai meng-gosok?klitorisnya. Sungguh merangsang. Tak terasa aku pun mulai membelai kemaluanku yg tegang sedari tadi. Mata Mbak Wulan tak lepas dari aksiku, mataku pun tak lepas dari gosokan jari lentik Mbak Wulan di liang kemaluannya. Kami melakukan ini beberapa saat.
Kemudian Mbak Wulan merubah posisinya. Sekarang dia nungging membelakangi aku. Kepalanya disandarkan ke bantal, miring sehingga tetap bisa melihat ke arahku. Pahanya agak dikangkangkan. Lubang kewanitaannya terlihat jelas dari tempatku. Jari tangan kirinya mulai lagi menggosok selangkangannya dari bawah. Wow sungguh pemandangan yg sangat indah. Jarinya digerakkan masuk keluar lubang senggamanya. Mulutnya tak henti berdesah
"Oooh ?ooohhh ?Ben ?oooohhh ? kocok terus Ben ?ohhhh seksi sekali Ben?
Pantat Mbak Wulan bergerak meliuk mengikuti gerakan jari tangannya. Kocokanku di penisku juga makin cepat. Kami terus saling mengagumi apa yg kami lakukan sampai beberapa menit berlalu. Hanya desahan dan erangan kenikmatan yg terdengar.
Mbak Wulan bangkit berdiri, sekarang dia berdiri di tepi ranjang, kaki kirinya diangkat bertumpu di tepi ranjang. Aku pun bangkit berdiri berhadapan dgn Mbak Wulan, kaki kananku juga aku angkat di tepi ranjang. Jarak kami kira?semeter. Mbak Wulan melanjutkan gosokan jari tangan kanannya di seputar kemaluannya. Aku pun mengimbangi dgn kocokan cepat pada penisku.
Mataku tak pernah berkedip sedetik pun dari aksi Mbak Wulan yang meliuk kenikmatan. Mata Mbak Wulan tak lepas dari penisku yg sedang aku kocok dgn keras. Tubuh Mbak Wulan menggelinjang dan meluik seirama gosokan jarinya di lubang kewanitannya. Tangan kirinya me-remas?payudaranya yg kian padat. Aku makin tak tahan menyaksikan Mbak Wulan, kocokanku di batang kemaluanku makin cepat dan kuat. Akhirnya pertahananku jebol juga.
"Uuuhhhhhhhhh croooots croooots ??
gratis film dewasa terbaru klik disini
Air kenikmatanku menetes membasahi lantai kamar. Melihat itu Mbak Wulan maju selangkah mendekat. Dia membungkuk sambil tetap meng-gosok?selangkangannya dgn kencang. Seluruh batang penisku dimasukkan kedalam mulutnya dan disedotnya dgn kuat. Tubuh Mbak Wulan bergetar hebat, tapi tak ada satu suara pun yg keluar dari mulutnya. Hanya hisapan panjang dan kuat yg aku rasakan di kemaluanku. Kenikmatan yg tiada tara aku alami saat itu.
Gosokan jari?lentik Mbak Wulan di organ kewanitaannya mulai melemah. Pelan?dicopotnya penisku dari mulutnya. Aku maju mendekat dan kami saling berpelukan. Bibir Mbak Wulan aku lumat habis dan Mbak Wulan membalas dgn tdk kalah hebatnya. Kami berciuman untuk beberapa saat.
"Makasih Ben ? Mbak benar?puas.?
"Aku juga Mbak.?
Sejak saat itu kami melakukan aktivitas secara rutin, biar pun tidak bisa dikatakan terlalu sering. Mbak Wulan banyak "mengajari?aku gaya?yg belum pernah aku bayangkan. Dia adalah mentorku dalam hal sex. Tidak hanya praktek, tapi Mbak Wulan juga mengajari aku bagaimana caranya membuat wanita terpuaskan secara teori. Biasanya kami lakukan di rumah Mbak Wulan kalau pas tidak ada orang atau kadang juga di kamar hotel.
gratis film dewasa terbaru klik disini
Minggu, 16 Agustus 2015
Pemuas Wanita
Kalo mau dibilang edan,
ya edan kali. Bodo ah!
Soalnya, kamu yang pada baca tulisan ini juga pada edan.
Iya kan?
Kenapa aku bilang edan? Sebab aku merupakan salah seorang guru di sebuah sekolah swasta di bilangan Jakarta, dan aku mengajar salah satu pelajaran eksak di tingkat SLTP. Itulah perkenalanku, dan kisah yang akan aku ceritakan ini adalah kisah nyata. Begini ceritanya.
*****
Kata murid-muridku aku mengajar enak sekali, sehingga apa yang ku sampaikan mereka memahaminya, oleh karena itu banyak murid-muridku yang ngefan terhadapku. Salah seorang yang ngefan banget padaku namanya Merry, luar biasa anak ini. Inginnya selalu saja ingin dekat denganku, ada saja alasannya untuk bisa berkomunikasi denganku. Sebagai seorang guru aku selalu berusaha menghindar darinya.
Suatu saat, akau tak dapat lagi menghindar dari Merry, karena waktu itu aku mendapat tugas dari sekolah untuk mengajar bimbel bagi siswa/i kelas tiga. Aku selalu mengoreksi hasil post tes pada hari itu juga sebab jika aku mengoreksi di rumah pasti saja terganggu oleh anak-anakku. Ketika aku sedang asyik mengoreksi seorang diri di ruang guru, aku dikejutkan oleh kedatangan seorang murid wanitaku, Kiki namanya.
"Belum selesai Pak ngoreksinya?"
"Eh Kiki, kamu koq belum pulang?" kataku.
"Mendung Pak saya takut kehujanan di jalan, dan juga nemenin Merry, katanya ada perlu sama Bapak".
"O, ya! Mana Merrynya?".
"Itu Pak, sahut Kiki"
Kemudian aku persilakan masuk mereka berdua keruang guru yang sepi itu, karena hujanpun turun dengan lebatnya. Kami ngobrol-ngobrol bertiga, posisi duduk Merry disebelah kananku sedang Kiki didepanku.
Setelah cukup lama kami berbincang-bincang, Merry mengatakan, "Pak boleh engga saya lihat nilai saya?" seraya mendekat padaku dengan cepat.
Aku katakan, "Ee jangan", sambil aku ambil buku nilai di depanku dan ku angkat ke atas, tak disangka tak diduga Merry berusaha mengambil buku nilai itu sebisanya hingga badannya menempel ke badanku oh.. oh, aku merasakan harum tubuhnya dan kenyalnya payudara Merry yang baru tumbuh itu, wow dalam sekejap si iblis melupakanku bahwa aku seorang guru, aku mulai cari akal agar dapat dengan bebas melayani nafsu si Merry. Bagai pucuk dicinta ulam tiba. Tiba-tiba Kiki pamit keluar ruangan, karena mungkin sudah berhasil tugasnya mengantarkan Merry bertemu denganku.
Tinggallah kami berdua dalam ruang guru, Merry yang sedari tadi dekat denganku itu makin mendekat, tanpa kusadari penisku tegak tak terkendali. Di satu kesempatan kupeluklah Merry, dari belakang dan kukecup lehernya serta kuremas payudaranya yang baru tumbuh itu, dia menggelinjang kenikmatan, tak lama setelah itu terdengar langkah sepatu Kiki mendekat, kami pun saling melepas peluk dan menjauh, sambil kukatakan "Nanti aku telepon kamu". Merry hanya mengangguk.
Malam harinya sekitar pukul 20.00 aku telepon Merry, kami berbincang-bincang, yang berakhir dengan ku tembaknya Merry, dan ternyata itulah yang diharapkannya. Giillaa, Merry mendambakanku sebagai kekasihnya. Aku coba mengajaknya jalan pada hari minggu, karena kebetulan hari minggu itu aku mendapat tugas mencari villa disekitar puncak untuk acara organisasi sekolahku, dia pun menyetujuinya.
Sesuai janji minggu pagi-pagi sekali aku sudah berangkat, untuk bertemu Merry disetasiun yang telah ditentukan. Kami berangkat menggunakan KA Jabotabek, ternyata Merry begitu romantis sekali sepanjang perjalanan aku dipegangi, dan jika ada kesempatan ia memelukku, aduh! aku benar-benar tidak membayangkan sebelumnya punya pacar gelap seorang ABG cantik nan sensual (Seperti Nafa Urbach). Akhirnya sampailah kami ketempat yang dituju, setelah aku membooking villa yang kumaksud maka kami pun berniat pulang.
Namun kata Merry, "Pak aku capek nih, istirahat dulu dong."
"Wah dimana Mer?"
"Itu ada hotel" seraya menunjukan tangannya ke seberang jalan tempat kami berada.
Aku menjawab secepatnya, "OK, deh."
Di dalam kamar hotel, aku sangat kikuk, tapi aku pikir ah masa kalah sama anak yang bedanya 20 tahun lebih muda dariku, aku berusah menenangkan diri, kemudian bersih-bersih badan. Merry pun begitu. Setelah itu kami ngobrol diatas tempat tidur sambil menonton televisi, seraya mulai tatap menatap, yang kemudian saling mendekat, saling membelai dan akhirnya ku kecup kening mary, selanjutnya kulumat bibirnya yang sensual itu dia pun membalasnya, ketika kurujak bibirnya tanganku bergrilya masuk kedalam kaosnya kucari puting susunya yang kecil itu kupilin perlahan-lahan teranya olehku badannya merinding sambil melenguh-lenguh suaranya.
Akhirnya kubuka kaosnya serta branya yang baru bernomor 34, begitu kubuka wow, pemandangan yang sangat indah, payudara kecil nan menantang dipuncaknya berwarna coklat muda dengan puting yang kecil, segera saja aku kulum puting kecil itu, rasanya akan kutelan saja payudaranya, dia menggelinjang-gelinjang kenikmatan, sejurus kemudian kubuka juga rok nya, mulai aku bergrilya kedaerah yang jauh dibawah sana, kuterobos celana dalamnya kuusap-usap bukit venusnya dengan rambut-rambut halus yang menambah betah tanganku disana. beberapa saat kemudian kucoba menguak labium mayoranya, ternyata sudah basah, kucari clitorisnya setelah ketemu kusap-usap perlahan sekali. Erangan-erangan yang tadinya halus mulai terdengar liar menambah semangat jari-jariku menari disela-sela lembah kenikmatan.
"Bapak curang, buka juga dong bajunya." katanya memecah konsentrasi.
"OK, OK ." Kataku dengan semangat sambil membuka kaos dan celana panjangku.
Kami berpelukan erat sekali, berciuman, berguling kekanan dan kekiri luar biasa. Akhirnya aku tidak tahan lagi, kutawarkanlah padanya untuk coitus.
"Mer, kita senggama ya!"
"Jangan Pak!" katanya.
"Kamu engga mau? Enak lho Mer", rayuku sambil meraba-raba kemaluannya.
Cumbu rayu, isap menghisap, raba-meraba terus kami lakukan, yang jelas sebenarnya aku sudah nggak tahan tapi aku menahan diri. Sampailah akhirnya pada puncak cumbu rayu, ku arahkan kepalaku ke kemaluannya. Kubuka celana dalamku dan kubuka juga celana dalamnya ternyata Merry diam saja setelah itu kuisap-isap clitorisnya entah berapa kali dia orgasme, yang jelas perawan itu kenikmatan beberapa saat kemudian kuarahkan batang penisku pada liang vaginanya, ketika sudah pada sasarana yang tepat kutekan perlahan sekali, kemudian kudiamkan, vagina yang sudah basah itu seperti menarik batang kenikmatanku perlahan-lahan. Woow batangku masuk perlahan. Panas, licin dan terasa ada cengkraman yang kuat sekali didalam sana, aku terpejam nikmat, setelah Merry beradaptasi dengan batangku yang berada didalam baru kugerakan penisku perlahan-lahan, lagi-lagi ia mengerang hebat seraya memelukku erat sekali.
"Terus Pak, terus, teruus. eehh, eehh.. oo.. hh."
Rupanya ia orgasme kembali. Kuakui nikmat sekali bersenggama dengan Merry, akhirnya akupun ingin keluar hingga kucabut batangku dari liang surga kumuntahkan spermaku diluar agar tidak hamil. Setelah puas kami pulang ke Jakarta dengan keadaan yang berbeda. Aku merasa lebih memiliki Merry dan Merry pun demikian.
Sejak kejadian itu kami jadi kecanduan melakukannya, pernah suatu saat rupanya Merry ingin melepas "hajat"-nya, maka janjianlah kita untuk jalan setelah Merry pulang sekolah (saat itu ia telah SMU) akhirnya kami nonton di bioskop kelas kambing dengan film mesum pada jam pertunjukan siang, agar jarang yang nonton karena memang niatnya adalah senggama, kami pilih tempat duduk di belakang, begitu pertunjukan mulai mulai juga kami lakukan Foreplay kira-kira tiga puluh menit kemudian aku gelar jaketku dibawah kursi Merry, aku pindah duduk dibawah persis menghadap kemaluan Merry, kuisap klitorisnya sampai ia puas, setelah itu aku melakukan coitus dalam keadaan Merry duduk dan aku berdiri, nikmatnya luar biasa.
Disaat lain aku lakukan dirumah orangtuaku kebetulan kedua orang tua ku pulang kampung dan aku disuruh menunggui rumah orangtuaku itu. sebelumnya kusiapkan VCD porno sebanyak 4 CD. Rumah orangtaku yang luas itu hanya kami berdua yang menghuninya. Aku lakukan hubungan badan sepuas-puasnya, dengan Merry sayangku.
Pernah juga aku melakukan hubungan intim di berbagai hotel melati di Jakarta dan Bogor, semuanya kami lakukan dengan suka sama suka selama tiga tahun total hubungan yang kami lakukan krang lebih enam puluh kali. Akhirnya kami menyadari bahwa hal ini harus berakhir, karena saya sudah punya istri dengan empat orang anak, sedangkan Merry harus meniti karir sebagai seorang sarjana teknik, sampai saat ini hubungan kami tidak ada yang mengetahui dan kabarnya Merry sudah mempunyai calon suami.
Aku sendiri saat ini sudah tidak menjadi guru, saat ini aku berwiraswasta. Pengalamanku bersama Merry membuat aku menjadi pecandu coitus, jika aku hubungan badan kadang-kadang aku heran sendiri karena "penisku kaga ade matinye" karena sekarang aku jadi pecandu, sedangkan aku ngga ingin ngeluarin uang maka aku kini nyambi sebagai cowok panggilan, aku jadi cowok panggilan karena yang panggil aku biasanya yang buas-buas alias hiper sex, nah aku suka itu.
Pernah aku dipanggil oleh seorang ibu muda beranak satu, setelah dia bertemu denganku rupanya dia meragukan kemampuanku karena usiaku yang sudah tigapuluh sembilan tahun, akhirnya aku kasih dia garansi jika aku keluar duluan aku yang menservice dia tapi nyatanya ibu muda itu ketagihan terhadapku. Aku dalam hubungan tidak mencari uang tapi yang ku cari happy aja, happy yang gratis, begitulah kira-kira.
Minggu depan aku sudah diwanti-wanti untuk siap-siap menservice seorang wanita setengah baya (46 tahun) istri seorang pejabat di Kalimantan yang akan ke Jakarta, Ibu ini walau umurnya sudah cukup tapi masih sangat enerjik, badannya sintal, payudaranya padat, tatapannya penuh dengan kemesuman. Beberapa hari yang lalu HP ku bunyi.
Ternyata Tante S yang telepon, katanya, "Anton, minggu depan Tante mau ke Jakarta kamu harus puasin Tante, seperti yang lalu ya".
Aku jawab saja, "OK, Tante!"
E N D
Selasa, 04 Agustus 2015
Langganan:
Postingan (Atom)